Surabaya, NU Online
Muammal Hamidy yang memberikan pengantar dalam buku “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik”
karangan H Mahrus Ali akhirnya mencabut tuduhan musyrik (menyekutukan
Tuhan) yang diarahkannya untuk NU atas beberapa amal ibadah yang selama
ini dikerjakan.
Wakil Ketua PW Muhamadiyah Jawa Timur menyatakan bersedia mencabut
pernyataannya itu dengan sebuah pernyataan resmi setelah kalah berdebat
dengan KH Abdullah Syamsul Arifin, Ketua Tim Lembaga Bahsul Masail
Pengurus Cabang NU Jember, Jawa Timur, dalam acara debat terbuka terkait
buku kontroversial itu di ruang Pascasarjana Institut Agama Islam
Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (12/3) kemarin.
Gus A’ab, sapaan akrab KH Abdullah Syamsul Arifin dalam debat terbuka
itu menyatakan, buku karya Mahrus Ali penuh dengan tuduhan yang tidak
berdasar. Namun yang paling menyakitkan adalah tudingan kafir dan syirik
kepada orang yang bertawassul dan beristigotsah.
Sementara itu Muammal Hamidy –dalam pengantarnya—juga menuduh
kalangan Nahdliyyin yang bertawassul (berdoa dengan perantaraan Nabi
Muhamamad dan orang-orang shalih) sebagai mukmin musyrik. “Itu istilah
dari mana, mana dalilnya, coba jelaskan?” tukas Gus A’ab seraya meminta
KH Muammal Hamidy agar bersedia mencabut pernyataan itu jika tidak bisa
menjelaskan dalilnya.
Saat moderator memberi kesempatan kepada Muammal, ia mengatakan bahwa
istilah itu hanya pemahaman dirinya saja. Istilah itu dianalogikannya
dengan ”kafir-musyrik”, sehingga muncul padanannya ”mukmin-musyrik”.
”Sebab, kenyataannya banyak orang mukmin yang masih percaya tahayyul
seperti Nyai Roro Kidul dan semacamnya,” katanya.
Gus A’ab mengatakan, istilah mukmin (beriman) dan muysrik
(menyekutukan Tuhan), dua term yang berbeda, sehinga tidak bisa
disandingkan. “Lagi pula, apa hubungannya istigotsah dan mamaliyah yang
dilakukan warga Nahdliyyin dengan Nyai Roro Kidul,” ujarnya.
Merasa tak punya argumentasi, KH Muammal lalu menyatakan bersedia
mencabut pernyataannya itu. Usai acara Muammal Hamidy masuk suatu
ruangan. Disaksikan Direktur Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel, Prof DR
Ahmad Zahro, KH Muhyiddin Abdussomad, KH Agus Ali Mashuri, dan beberapa
kiai lain, KH. Muammal Hamidy pun menulis selembar pernyataan.
Intinya adalah Muammal Hamidy mencabut kalimat Mukmin-Musyrik, di dalam pengantar Mantan Kiai NU Menggugat Shalawat dan Dzikir Syirik, sehingga dalam buku yang beredar dianggap tidak ada lagi kalimat itu. (ary)
sumber : silahkan klik http://bicarasalafy.wordpress.com/2008/03/20/muammal-hamidy-cabut-tuduhan-musyrik-untuk-nu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar